Pengobatan Tradisional Masyarakat Paser Kalimantan Timur
Adat Pengobatan Masyarakat Paser
Masyarakat Paser juga mengenal upacara adat belian.
Upacara belian umumnya dilaksanakan untuk tiga kegiatan yakni:
1. Belian
benyaro yang digunakan untuk memberikan pengobatan orang yang sakit;
2. Belian boat
kokat, yang digunakan untuk orang yang membuang hajat atau nazar;
3. Belian
buntang yang digunakan untuk palas desa yang terkena wabah penyakit atu
diserang oleh hama tanaman yang berupa babi, burung, belalang, dan tikus.
Pelaksanaan upacara belian ini dipimpin oleh
seorang mulung. Mulung adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki ilmu khusus tentang pengobatan di daerah Paser.
Upacara belian benyaro membutuhkan waktu pelaksanaan satu hari satu
malam. Tujuannya adalah untuk mengobati beberapa penyakit yang diakibatkan oleh
gangguan roh-roh halus. Seseorang dapat sakit karena gangguan roh sebagai
akibat kesalahan dalam berhubungan dengan alam. Kesalahannya berupa memasuki
tempat, membuka hutan, membuang air/kotoran tanpa permisi kepada roh yang
menunggu tempat itu.
Kepercayaan tradisional
Paser meyakini bahwa ada berbagai macam roh (uwok) yang menempati lingkungan
dimana manusia hidup. Roh yang menjaga air disebut Uwok Tondai,
roh yang menjaga udara/angin/atmosfer disebut Uwok Nayu, roh yang
menjaga langit atau tata surya disebut Uwok Naya Gagu.
Dalam menjalankan ritual
belian benyaro seorang mulung akan dibantu oleh penggading yang tugasnya
adalah melayani mulung saat menjalankan tugasnya. Penggading umumnya adalah
seorang perempuan, namun dapat juga seorang laki-laki.
Prosesi pengobatan
dimulai dengan tarian oleh mulung yang diiringi tetabuhan. Sambil menari
seorang mulung akan membaca mantera. Akhir upacara ditandai dengan mengantar
sesajen ke pohon besar, sungai, batu besar atau tempat-tempat lain yang
dianggap keramat. Saat melaksanakan upacara belian, keluarga yang meminta harus
menjalankan pantangan (pendion) sesuai apa yang diperintahkan oleh
mulung.
Kemudian upacara belian boat kokat. Tujuan pelaksanaannya adalah untuk membayar hajat atau nazar. Umpanya
seseorang berhajat atau bernazar untuk tanaman di ladang atau di sawah subur,
terbebas dari hama dan menghasilkan panen yang baik.
Prosesi belian
boat kokat biasanya berlangsung selama tiga hari tiga malam. Pada akhir
prosesi akan diakhiri dengan betori
atau acara berbalas pantun antara laki-laki dan perempuan. Di masa lalu sebelum
betori akan didahului dengan meminum
tuak yang terbuat dari beras ketan. Tuak yang sudah diseimpan bertahun-tahun
itu akan membuat yang meminumnya menjadi berani sehingga ketika melakukan betire tidak akan merasa malu meski
ditonton oleh banyak orang. Acara betori
ini akan dilakukan selama satu malam suntuk.
Dan akhir dari prosesi, dipagi hari setelah acara betire, mulung disertai beberapa orang
akan membawa sajen ke pohon besar atau tempat keramat lainnya sebagai tanda
persembahan. Keluarga yang meminta atau menjalankan prosesi harus menjalani pantangan
yang kalau dilanggar akan berakibat buruk untuk mereka.
Terakhir adalah belian buntang atau belian besar. Upacara ini dilaksanakan selama delapan hari namun bisa juga hingga satu
bulan. Pelaksanaannya dilakukan oleh delapan orang mulung secara bergantian.
Masing-masing mulung akan melakukan tugasnya berdasarkan kesepakatan antar
mereka.
Tujuan dari pelaksanaan belian buntang adalah untuk pelas atau memelas desa. Pelas adalah
semacam bersih desa agar warga masyarakat desa terhindar dari serangan wabah
penyakit dan ladang atau sawah mereka terhindar dari serangan hama.
Selain ketiga jenis upacara belian di atas,
masayrakat paser juga mengenal upacara besipung. Namun ini sudah jarang atau
bahkan sudah punah. Besipung adalah upacara mengobati penyakit yang dilakukan
oleh mulung tapi tidak disertai dengan tetabuhan dan tari-tarian.
Comments
Post a Comment